Selasa, 14 Januari 2020

BANJIR IBUKOTA DAN DAMPAK EKONOMI NEGARA


Banjir Ibu Kota Dan Dampak Ekonomi Negara

- Ilmu Sosial Dasar -
gunadarma.ac.id
Gunadarma University


Assalamualaikum Wr. Wb.

Di awal tahun 2020 tepatnya 1 Januari 2020. Sabagian daerah JABODETABEK mengalami kebanjiran akibat curah hujan yang tinggi. Hal ini menyebabkan daerah JADETABEK mengalami genangan air sekitar 3 meter atau rata - rata lantai dasar rumah terendam, dan sebagian daerah di Bogor longsor atau terkena air sungai yang masuk deras ke pemukiman.

Bencana alam ini sudah dikonfirmasi oleh Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal yang mengatakan “banjir awal tahun 2020 yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya karena curah hujan ekstrim (lebih dari 150 mm per hari) yang turun cukup merata di wilayah DKI Jakarta.

Hujan mulai mengguyur sebagian daerah jabodetabek selasa sore (31 Desember 2019). Sempat berhenti atau gerimis kecil ketika menjelang tahun baru. Pada rabu pagi (1 Januari 2020) hujan mulai kembali turun, sehingga paginya air sudah mulai mengggenang beberapa titik banjir. Air hujan mulai berhenti ketika rabu sore namun kembali lagi dimalam harinya. Tim penyelamat dari SAR agak kesulitan mengevakuasi penduduk dan pemerintah juga sedang berusaha mengurangi valoume air yang tergenang dengan membuka ventilasi air yang tersumbat atau melakukan pemompaan ke daerah perairan (sungai, laut, waduk).

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi mencatat, ada 60 titik banjir dengan kedalaman sekitar 1 meter. Rincian dari BNPB, di Kabupaten Bekasi ada 32 titik banjir, Kota Bekasi 53 titik, dan Kabupaten Bogor 12 titik. Berbeda dengan Ibukota yang hanya 7 kelurahan dari 4 kecamatan di Jakarta terendam banjir.

Tetapi Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia walaupun titik banjir lebih sedikit dari bekasi. Banjir dijakarta ini berdampak bagi ekonomi baik Daerah maupun Negara. Melumpuhkan atau melumpuhkan sementara seluruh aktivitas harian yang biasa kita lakukan. Lalu

Apa dampak bagi perekonomian Negara?

Bencana alam memang menimbulkan kerugian yang besar, baik dari sisi materiil maupun dari sisi jiwa. Seperti yang kita ketahui sebelumnya banjir melumpuhkan sementara beberapa kegiataan seperti berikut:

1. Melumpuhkan kegiatan jual beli

Dampak di bidang perekonomian yang paling pertama kita rasakan ketika datang bencana banjir adalah lumpuhnya kegiatan jual beli. Kegiatan jual beli merupakan kegiatan perekonomian yang pasti ada di sekitar kita dan pasti dilakukan oleh setiap orang. Tempat jual beli pada umumnya adalah pasar, ataupun toko dan warung. Ketika bencana banjir tiba, pasar, toko dan warung-warung terendam maka tidak akan ada yang namanya kegiatan jual beli. Para penjual sibuk mengamankan isi rumah dan juga dagangan mereka sehingga tidak sempat untuk melakukan jual beli. Akibatnya kegiatan perdagangan akan lumpuh secara otomatis sementara waktu.

2. Melumpuhkan kegiatan produksi

Kegiatan perekonomian ada tiga macam yakni produksi, distribusi dan juga konsumsi. Produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan barang dan jasa yang akan dijual. Ketika bencana banjir tiba, maka kegiatan produksi, khususnya produksi barang tentu saja akan terhambat. Bagaimana orang melakukan produksi, sementara tempat mereka terendam air dan bahan baku pun belum tentu adanya.

Produksi barang juga pasti akan dihentikan sementara karena kegiatan jual beli belum aktif. Kegiatan produksi jasa mungkin yang tidak akan lumpuh, karena mengandalkan tenaga dan pikiran manusia. Namun ketika situasi tidak memungkinkan maka tidak akan ada orang yang akan menyewa jasa tersebut, kecuali jasa- jasa tertentu yang justru lahir ketika banjir datang.

3. Menghambat kegiatan distribusi

Kegiatan distribusi adalah kegiatan menghantarkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Ketika bencana banjir tiba, maka daerah yang terkena banjir menjadi daerah isolasi sehingga tidak akan ada mobil- mobil kontainer dari produsen yang akan menyetor barang ke swalayan grosir karena sedang kebanjiran. Demikian pula swalayan grosir tidak akan buka dan menjual dagangan mereka pada pedagang retail, karena sedang kebanjiran.

4. Menghambat kegiatan untuk bekerja

Banjir memang merugikan banyak pihak, tidak hanya pelaku jual beli saja, namun juga para pekerja baik pekerja mandiri maupun ikut perusahaan. Banyak orang yang akan sibuk mengurusi tempat tinggalnya dan hambatan dalam menyiapkan sarana dan prasarana untuk bekerja karena adanya banjir. Saat banjir ini maka akan banyak karyawan yang mengambil cuti atau justru diliburkan. Sementara untuk pekerja mandiri, seperti pedagang dan petani, mereka juga akan sibuk mengurusi tempat tinggal dan juga harta benda mereka.

banjir juga menyebabkan kerugian didalam perdagangan. Pedagang akan banyak mengalami kerugian karena tidak bisa berdagang untuk sementara. Kerugian ini terutama pada pedagang- pedagang yang menjual barang- barang yang basah atau yang mudah busuk seperti sayuran dan juga buah- buahan. Namun hal ini hanya akan bersifat sementara saja, bukan permanen.

Tidak hanya melumpuhkan kegiataan banjir juga berdampak ekonomi yang nyata menimpa masyarakat akibat kerusakan rumah, mobil maupun kehilangan barang berharga. Kerugian tersebut masih ditambah dengan aktivitas ekonomi yang lumpuh akibat banjir. Salah satunya, kerugian peritel di wilayah Jakarta bisa mencapai Rp 960 miliar.

KESIMPULAN

“Jika Ada Asap Maka Ada Api” Jika ada banjir pasti ada yang salah baik dari pemerintah maupun kita sebagai masyarakat. Jadi marilah kita mulai menjaga dunia kita sendiri, dunia yang kita tinggali. Dunia ini diciptakan oleh tuhan dengan system yang sempurna namun manusia yang merusak itu ya kita yang merusak itu. Mulai dari sekarang berhentilah membuang sampah sembarangan, berhentilah menebang pohon demi kepentingan atau egoisme mu. Kalo bukan dari sekarang kapan lagi? Kalo bukan diri sendiri lantas siapa yang akan memulai?


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar